CERPEN - KISAHKU

 



KISAHKU

Oleh : Ahmad Teguh Fahruki

            Aku telah jauh melangkahkan kaki, menyusuri jalanan demi mencari makanan  untukku bertahan hidup. Karena dengan bertahan hiduplah, aku bisa menjaga dan membesarkan dua orang anak kembar yang baru aku lahirkan. Mereka berdua belum bisa makan apapun kecuali air susuku, maka dari itu aku harus makan yang banyak agar senantiasa sehat dan air susuku lancar, selain itu aku juga tak punya kemampuan untuk membeli makanan bayi. Aku juga tak punya rumah, aku dan anak-anakku tinggal secara berpindah-pindah dari satu rumah ke rumah yang lain. Itu pun apabila sang pemilik rumah berbaik hati pada kami mau memberikan tempat tinggal untuk kami, kalau tidak ya terpaksa kami tinggal di emperan teras-teras di pinggir jalan. Untung saja sudah seminggu ini,  pemilik rumah tempat dimana kami tinggal, sangat menyayangi kami, mereka sering memberi makan padaku meskipun aku tidak memintanya. Sebagai sesama makhluk Tuhan, aku tentu saja merasa malu karna hanya bisa berpangku tangan dengan sang pemilik rumah itu. Oleh karena itu aku putuskan hari ini aku mencari makan di tempat lain dan meninggalkan anak-anakku sejenak yang sedang tertidur pulas di atas bantal lembut.

            Sudah dua rumah yang aku kunjungi, namun bukannya makanan yang aku dapati melainkan kata-kata kasar dan penghinaan dari sang pemilik rumah, aku ingin sekali membalas kata-kata itu, tapi sayangnya mereka tak memahami bahasa yang aku pakai. Bahkan di rumah kedua aku sempat mendapatkan perlakukan kasar, sang pemilik rumah  memarahiku, melempariku dengan sandalnya hanya gara-gara aku mengambil makanan sisa di tempat sampahnya. Ia lalu mengusirku seraya mengacungkan tongkat kayu dengan tangannya seperti mengancamku agar tidak kembali dan bertemu lagi dengannya. Tanpa pikir panjang lagi aku langsung lari mempercepat langkahku menjauhi rumah itu. Begitu lelah rasanya hari ini, hanya tinggal sedikit tenaga yang ku punya, tapi aku tetap melangkah. Meski matahari mulai meninggi dan makanan belum juga ku dapati.

            Ini adalah rumah ketiga yang akan ku singgahi. Rumah ini terlihat begitu indah dan bersih, dengan dua pepohonan teduh yang mengapit di sisi kanan dan kirinya. Kebersihan rumah ini menandai bahwa sang pemilik rumah memiliki sifat-sifat baik. Langsung saja aku mendekati pintu rumah itu, dan ternyata semua yang aku pikirkan itu benar. Pemilik rumah lansung memelukku dan mengusap kepalaku dengan halus dan penuh kasih sayang meski kami belum pernah bertemu sebelumnya. Tampaknya ia tahu betul apa yang aku ingin kan, Ia langsung mengeluarkan beberapa makanan padahal aku belum mengatakan sepatah katapun, ada ayam goreng yang lezat dan ikan sebagai makanan utamaku. Aku langsung mengunyah makanan itu dengan lahap sambil memotong-motongnya dengan kaki depanku. Nikmat sekali rasanya. Sesekali pemilik rumah mengelus bulu-buluku yang mulai tampak kusam karena banyak debu yang menempel di buluku. Tanpa ku sadari sudah satu mangkok penuh nasi dan ikan yang ku makan. Bugar dan bersemangat lagi rasanya. Ingin aku segera pulang ke rumah dan memberi makan anak-anakku dengan air susuku. Tapi sang pemilik rumah menahanku dan memasukkanku tempat kecil dengan jeruji-jeruji besi di sekelilingnya. Ku lihat ada banyak makhluk sepertiku sedang berada di tempat yang sama. Aku sempat bingung kenapa mereka juga di tempatkan di tempat yang sama sepertiku? Tapi ya sudahlah mungkin sang pemilik rumah hanya ingin merawat kami untuk sejenak. Karna kekenyangan, lebih baik aku berisitirahat sejenak di tempat yang telah disediakan ini.

            Namun ternyata anggapanku itu salah, ketika aku akan memejamkan mata sejenak untuk berisitirahat, tiba-tiba kawanku yang berada di jeruji-jeuji besi tepat di sampingku menyapa ku dengan bahasa golongan kami.

            “Hey kau, jangan berpikir bahwa kita semua di perlakukan baik oleh pemilik rumah ini. Malah justru kita akan diperlakukan sebaliknya.” Katanya dengan nada yang sedikit meninggi.

            “Maksudmu apa?” tanyaku heran.

            “Kau dan kita semua yang ada disini akan dipindahkan ke tempat yang jauh. Di tempat itu kita akan dikawin silangkan dengan golongan Anggora supaya keturunan kita bisa berbulu indah layaknya golongan Anggora. Lalu mereka akan menjualnya. Kalo hal ini terjadi, lama kelamaan tidak akan ada lagi keturunan-keturunan kita yang berdarah murni, semuanya sudah tercampur baur dengan darah keturunan Anggora.” Jelasnya padaku.

            “Tapi kenapa mereka melakukan itu?”

            “Hm ... Begitu bodohnya dirimu ini ... Tentu saja untuk diperjual belikan dengan harga yang tinggi.”

            “Oh Tuhan, lalu apa yang harus kita lakukan?”

            “Tidak ada yang bisa kita lakuan, kita hanya bisa menerima takdir kita.”

            “Oh Tidak!”

            Aku sedih bukan kepalang, apa yang harus ku lakukan? Seandainya aku dibawa ketempat yang jauh, lalu bagaimana dengan anak-anakku? Mereka belum bisa tumbuh dan mencari makan sendiri. Mereka masih membutuhkan air susuku untuk bertahan hidup. Ya Tuhan kenapa takdirku seperti ini? Dan kenapa juga manusia begitu mudahnya memperjual belikan kami?

 

-selesai-

0 Response to "CERPEN - KISAHKU"

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel